"Menuju indonesia baru"

Aku Punya Cerita


Aku ingin merintih, mengingat semua garisan terpatri perih. Membayangkan bunda tangisi lirih, jika aku tak menemani lagi. Doa dan harapan, tiupan bunda setiap malam, siapa yang ia tangisi?... aku atau dirinya sendiri?. Bukan baik perilakuku, bukan bijak keputusanku, andai susah aku membuat, pulangkan saja ke akhirat.

Mana nada petikan gitar, nyanyian untuk pengantar kepergian. Aku takut ditinggalkan, lebih baik pulang duluan.Ini pasir atau abu.. sama-sama membuat perih mataku, mungkin tahu hanya seloka, atau mungkin akar celaka?... Andai lahir semudah mati, aku kan lahir seribu kali setelahnya. Tidak menguras air mata bunda, tak butuh tangis sampai aku kembali ke tanah.

Buka mata mulai bicara, tabur asa mengudarakan jiwa. Aku ini sih pemuda gila, sudah jatuh tak kunjung jera. Tapi itulah petuah lama, mudah jatuh cinta patah hati hal biasa.
Ketika bening menjadi pekat, dunia harus tahu ajal mendekat!... Berusaha menebus dosa karena melarat, ternyata aku sama sampai di liang lahat.


Kita adalah pemeran pendukung dalam kehidupan orang lain. Dan kita adalah pemeran utama di kehidupan kita sendiri. Jadi jangan mau kalau memainkan peran kamu sebagai pembantu orang lain terlalu dalam. Karena di dalam kehidupanmu, ada kamu, yang punya peran sendiri.
Tidak ambilah 100 untukmu. Aku tidak perduli. Karena kau hanya gelas-gelas kaca pengisi sementara. Bukan untuk selamanya.

Jangan lama berdiri di sana, karena kau akan lebih melihat dirimu yang sempurna. Lalu menjatuhkanku.. yang tidak punya apa-apa.
Maaf karena aku lebih dulu bercermin sebelum kau gunakan. Kuperhatikan diriku, ternyata kita jauh berbeda. Dan kita lebih baik berpisah.

Mataku berkaca-kaca, menatap layar ponsel kala itu. Tahukah kau, aku selalu menatap cermin pada saat itu. Dan bertanya. "Apa salahku ?, kurangku ?, hingga kau retakkan cerminku ?"
Kini aku telah gunakan kaca spion untuk melihatmu. Meski aku pura-pura lihat ke depan, namun sebenarnya aku masih sering memperhatikanmu.

Kapan kau melepas kaca matamu ?. Buram, hanya bayang-bayangku untukmu. Kapan kau pakai kaca matamu ?... terangkah ?, jelaskah sosokku di matamu ?. YAYAAYA tapi baru nyataku yang jelas untukmu. Padahal ada yang lebih harus kau lihat dari aku. 

Kau mungkin dulu menyembuhkan. Lalu menghadiahkan dan kini semuanya terasa hambar... di saat aku tak sakit, tapi butuh engkau hadiahkan. 

TERIMA KASIH... 

Hitam mengundang kegundahan. Namun jingga seolah tak perduli dengan pengharapan. Di hadapan darah api yang siap membinasakan, kusempatkan tuk jujurkan kegelisahan. Tapi apakah gerangan ?... cerminku retak, kumbangku hilang berganti putus seperti halangan. 


Ketika berita mengumbar cinta. Aku terpanah pada pandangan pertama. Tak sedikit pun hari terbuka, tuk mulai saling memandang dan bertukar rasa. Asaku bertelaga pada kerendahan, karena engkau telah kandas pada pelabuhan. Namun dapatkah aku bertahan ?... Turunkan keegoan dan tatap tujuan awal aku datang. 

Di saat cerita bumi seolah tak berpihak, tataplah ke arah langit dan lihat betapa luasnya alam yang berpenghuni makhluk dengan berbagai polemik kehidupan. Yang merasakan hal itu bukan hanya kamu, tapi juga remaja lainnya. Rasa tidak diakui dalam pergaulan, rasa minder, rasa malu dan sebagainya merupakan proses menuju kesejatian yang tertanam untuk kehidupan yang lebih berkelas.
Seperti memegang sebuah kerikil di tangan. Terlalu digenggam menyakiti, tak digenggam takut kehilangan. Berada dalam kegamangan masa ringan dan berat masih perkiraan, tapi tak kuasa bila mengingat masa neraca patuhi keringanan.






0 komentar:

Post a Comment

Aturan berkomentar :

1. Penggguna yang terdaftar
2. Gunakan bahasa yang santun dan sopan
3. Dilarang SPAM
4. Dilarang menaruh link aktif dan link porno
5. Jika ada suatu permasalahan lihat komentar lain atau bisa kirim via e-mail

Aku Punya Cerita